ABSTRAK
Wardani Septiana Kusuma, 2014. PENINGKATAN
HASIL BELAJAR SISWA KELAS III SD NEGERI WONOREJO 1 SEMESTER DUA DALAM
PEMBELAJARAN IPS TENTANG MATERI MATA UANG MELALUI KOLABORASI METODE QUANTUM
TEACHING DAN SNOWBALL THROWING
Kata Kunci : Hasil Belajar, Pembelajaran IPS,
Metode Quantum Teaching dan Snowball Throwing
Hasil
belajar siswa Kelas III SD Negeri Wonorejo 1,
Tahun Pelajaran 2013/2014
dalam pembelajaran IPS tentang materi mata uang,
kurang mencapai harapan sesuai KKM 75,
disebabkan penggunaan metode pembelajaran kurang bervariatif. Untuk
mengatasinya digunakan kolaborasi metode
Quantum Teaching dan Snowball
Throwing. Untuk menguji efektivitas kedua metode dalam rangka meningkatkan
hasil belajar siswa, peneliti menempuh prosedur penelitian tindakan kelas, yang
dilaksanakan selama dua siklus. Setiap siklusnya menempuh empat tahapan
berikut: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi.
Melalui berbagai teknik dan instrumen pengumpul data, diperoleh hasil
penelitian. Untuk kemudian dilakukan pembahasan berdasarkan teknik yang telah
ditetapkan. Akhirnya diperoleh suatu simpulan guna menjawab pokok masalah
penelitian. Simpulan dimaksud sebagai berikut : (1) Langkah-langkah penggunaan
kolaborasi metode Quantum Teaching dan Snowball
Throwing untuk meningkatkan hasil belajar siswa pembelajaran IPS
tentang materi mata uang, meliputi: (a) menyusun rencana sesuai
dengan ketentuan, (b) melaksanakan KBM sesuai dengan rencana, (c) mengevaluasi
kemampuan siswa dalam memenuhi setiap tuntutan pembelajaran, dan (d)
menindaklanjuti hasilnya dengan cermat. (2) Peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS
tentang materi mata uang setelah digunakan kolaborasi
penggunaan metode Quantum Teaching dan Snowball
Throwing, terjadi secara bertahap dan mampu ditunjukkan siswa dalam
memenuhi setiap tuntutan pembelajaran.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Makna dan hakikat belajar diartikan sebagai proses membangun
makna/ pemahaman terhadap informasi dan/ atau pengalaman. Proses membangun
makna tersebut dapat dilakukan sendiri oleh siswa atau bersama orang lain.
Proses itu disaring dengan persepsi, pikiran (pengetahuan awal), dan perasaan
siswa (Indra Jati Sidi, 2004:4). Belajar bukanlah proses menyerap pengetahuan
yang sudah jadi bentukan guru. Buktinya, hasil ulangan siswa berbeda-beda
padahal mendapat pengajaran yang sama, dari guru yang sama, dan pada saat yang
sama.
Pembelajaran yang bermakna akan membawa siswa pada
pengalaman belajar yang mengesankan. Pengalaman yang diperoleh siswa akan
semakin berkesan apabila proses pembelajaran yang diperolehnya merupakan hasil
dari pemahaman dan penemuannya sendiri. Dalam konteks ini siswa mengalami dan
melakukannya sendiri. Proses pembelajaran yang berlangsung melibatkan siswa sepenuhnya
untuk merumuskan sendiri suatu konsep. Keterlibatan guru hanya sebagai
fasilitator dan moderator dalam proses pembelajaran tersebut.
Merunut Kurikulum Berbasis Kompetensi yang disempurnakan
dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan bahwa setiap individu mempunyai
potensi yang harus dikembangkan, maka proses pembelajaran yang cocok adalah
yang menggali potensi anak untuk selalu kreatif dan berkembang.
Namun kenyataan di lapangan belum menunjukkan ke arah
pembelajaran yang bermakna. Para pendidik masih perlu penyesuaian dengan KTSP,
guru sendiri belum siap dengan kondisi yang sedemikian plural sehingga untuk
mendesain pembelajaran yang bermakna masih kesulitan. Sistem pembelajaran duduk
tenang, mendengarkan informasi dari guru sepertinya sudah membudaya sejak dulu,
sehingga untuk mengadakan perubahan ke arah pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan agak sulit.
Berdasarkan pengamatan awal terhadap proses pembelajaran IPS
di SD Negeri Wonorejo 1 diperoleh informasi bahwa selama
proses pembelajaran, guru belum memberdayakan seluruh potensi dirinya sehingga
sebagian besar siswa belum mampu mencapai kompetensi individual yang diperlukan
untuk mengikuti pelajaran lanjutan. Beberapa siswa belum belajar sampai pada
tingkat pemahaman. Siswa baru mampu menghafal fakta, konsep, prinsip, hukum,
teori, dan gagasan inovatif lainnya pada tingkat ingatan, mereka belum dapat
menggunakan dan menerapkannya secara efektif dalam pemecahan masalah
sehari-hari yang kontekstual.
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) juga tidak luput
dari kecenderungan proses pembelajaran teacher centered. Kondisi
demikian tentu membuat proses pembelajaran hanya dikuasai guru. Apalagi
pembelajaran IPS merupakan mata pelajaran sarat materi sehingga siswa dituntut
memiliki pemahaman yang holistik terhadap materi yang disampaikan guru.
Upaya untuk membangkitkan motivasi siswa Kelas III SD Negeri
Wonorejo 1 dalam pembelajaran IPS sudah dilakukan guru kelas dengan berbagai
macam cara, seperti memberi kesempatan siswa untuk bertanya dan mengemukakan
gagasan, serta mendesain pembelajaran dalam bentuk diskusi kelompok. Namun
demikian, hasil pembelajaran IPS pada Ulangan Harian Semester 1 Tahun Pelajaran
2013/2014 belum begitu memuaskan. Hal tersebut dapat dilihat dari rata-rata
nilai IPS yang hanya 68 belum mencapai KKM sebesar 7,5 berada pada urutan ke-4 setelah
Bahasa Indonesia (rata-rata 79,22), Ilmu Pengetahuan Alam (rata-rata 76,35),
dan Matematika (rata-rata 75,12).
Terkait belum optimalnya hasil belajar IPS siswa Kelas III
SD Negeri Wonorejo 1 maka penulis berupaya untuk menerapkan metode
pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing secara
kolaborasi sebagai salah satu alternatif pembelajaran bermakna yang bermuara
pada pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
Berdasarkan kondisi tersebut maka penulis tergerak untuk
melakukan penelitian tindakan kelas yang berfokus pada masalah seperti telah
diuraikan di atas, yakni penggunaan kolaborasi metode Quantum Teaching dan Snowball
Throwing untuk
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa Kelas III SD Negeri Wonorejo 1
pada mata pelajaran IPS tentang materi mata uang.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah
di atas, dapat dirumuskan pokok masalah yang harus diungkap jawabannya melalui
penelitian tindakan kelas ini. Bagaimana meningkatan hasil belajar
siswa Kelas III SD Negeri Wonorejo 1 dalam pembelajaran IPS tentang
materi mata uang setelah digunakan kolaborasi metode Quantum Teaching dan Snowball
Throwing?
C. Tujuan
Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk
mendeskripsikan upaya guru dalam meningkatkan hasil belajar siswa Kelas III SD
Negeri Wonorejo 1 pada mata pelajaran IPS tentang materi mata uang melalui kolaborasi metode
pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing.
Secara khusus dari tujuan tersebut dapat dirinci sebagai berikut : mendeskripsikan peningkatan hasil
belajar siswa Kelas III SD Negeri Wonorejo 1 dalam pembelajaran IPS tentang
materi mata uang setelah digunakan kolaborasi metode Quantum Teaching dan Snowball
Throwing.
D. Manfaat Penelitian
Perbaikan Pembelajaran
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat yaitu :
1.
Bagi
siswa
Bagi siswa sangat penting untuk memudahkan dalam
memahami suatumateri pelajaran khususnya Ilmu Pengetahuan Sosial melalui mekolaborasi
metode Quantum
Teaching dan Snowball
Throwing
2.
Bagi
guru
Bagi guru adalah sebagai masukan untuk membantu
memperbaiki pembelajaran dan meningkatkan kemampuan pembelajaran
3.
Bagi
sekolah
Bagi sekolah yaitu sebagai bahan pertimbangan
keputusan dalam upaya meningkatkan kemampuan pembelajaran dan mempermudah
pembelajaran melalui kolaborasi metode Quantum Teaching dan Snowball Throwing.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar
Karakteristik
perkembangan pada siswa Sekolah Dasar dapat dilihat tahap-tahap perkembangan
kognitif menurut teori Peaget. Bahwa usia anak yang sekolah di Sekolah Dasar
berkisar 6,0 atau 7,0 sampai dengan 11,0 atau 12,0 tahun. Usia 6,0 atau 7,0
tahun dalam teori Piaget masuk dalam kategori praoperational periode dalam
tahapan intuitive. Periode ini ditandai dengan dominasi pengamatan yang
bersifat egosentrik (belum memahami cara orang lain memandang objek yang sama),
seperti searah (selancar). Pada masa ini anak gemar meniru, telah mampu
menerima khayalan, dapat bercerita tentang hal-hal yang fantastik, ia tidak
terikat pada realitas, sehingga ia dapat berbicara dengan kursi, anjing,
dan sebagainya.Anak berlatih sendiri menggunakan bahasanya, sering ia
berbicara sendiri. Piaget menamakannya ”Collective monologue”.
Usia 7,0
sampai 11,0 atau 12,0 termasuk dalam tahapan periode operasional konkret. Fase
ini menurut Piaget menunjukan suatu reorganisasi dalam struktur mental anak.
Dalam fase yang lalu, fase praoperasional, anak seakan-akan hidupnya dalam mimpi
dengan pikiran-pikiran magis, dengan fantasi yang leluasa. Aktivitas anak pada
fase ini dapat dibentuk dengan peraturan-peraturan, (karena peraturan dasar
mentaati peraturan), karena itu mempunyai nilai fungsional. Anak berfikir
harfiah sesuai dengan tugas yang diberikan.
Berdasarkan
ciri-ciri perkembangan baik kognitif, afektif, dan psikomotorik maka ciri pada
siswa kelas rendah yaitu:
1. belum
mandiri;
2. belum ada
rasa tanggung jawab pribadi
3. penilaian
terhadap dunia luar masih egosentris;
4.
belum menunjukkan sikap kritis masih berfikir yang
fiktif
B. Implementasi Metode Quantum
Teaching dan Snowball Throwing
Kata Quantum sendiri berarti interaksi yang
mengubah energi menjadi cahaya. Jadi Quantum Teaching menciptakan
lingkungan belajar yang efektif, dengan cara menggunakan unsur yang ada pada
siswa dan lingkungan belajarnya melalui interaksi yang terjadi di dalam kelas.
Dalam Quantum Teaching bersandar pada
konsep ‘bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan antarkan dunia kita ke dunia
mereka’. Hal ini menunjukkan, betapa pengajaran dengan Quantum Teaching tidak
hanya menawarkan materi yang mesti dipelajari siswa. Tetapi jauh dari itu,
siswa juga diajarkan bagaimana menciptakan hubungan emosional yang baik dalam
dan ketika belajar.
Dengan QuantumTeaching kita dapat mengajar
dengan memfungsikan kedua belahan otak kiri dan otak kanan pada fungsinya
masing-masing. Penelitian di Universitas California mengungkapkan bahwa
masing-masing otak tersebut mengendalikan aktivitas intelektual yang berbeda.
Otak kiri menangani angka, susunan, logika, organisasi, dan
hal lain yang memerlukan pemikiran rasional, beralasan dengan pertimbangan yang
deduktif dan analitis. Bagian otak ini yang digunakan berpikir mengenai hal-hal
yang bersifat matematis dan ilmiah. Kita dapat memfokuskan diri pada garis dan
rumus, dengan mengabaikan kepelikan tentang warna dan irama.
Otak kanan mengurusi masalah pemikiran yang abstrak dengan
penuh imajinasi. Misalnya warna, ritme, musik, dan proses pemikiran lain yang
memerlukan kreativitas, orisinalitas, daya cipta dan bakat artistik. Pemikiran
otak kanan lebih santai, kurang terikat oleh parameter ilmiah dan matematis.
Kita dapat melibatkan diri dengan segala rupa dan bentuk, warna-warni dan
kelembutan, dan mengabaikan segala ukuran dan dimensi yang mengikat.
Prinsip
dari Quantum Teaching, yaitu:
1. Segalanya berbicara, lingkungan
kelas, bahasa tubuh, dan bahan pelajaran semuanya menyampaikan pesan tentang
belajar.
2. Segalanya bertujuan, siswa diberi
tahu apa tujuan mereka mempelajari materi yang kita ajarkan.
3. Pengalaman sebelum konsep, dari
pengalaman guru dan siswa diperoleh banyak konsep.
4. Akui setiap usaha, menghargai usaha
siswa sekecil apa pun.
5. Jika layak dipelajari, layak pula
dirayakan, kita harus memberi pujian pada siswa yang terlibat aktif pada
pelajaran kita. Misalnya saja dengan memberi tepuk tangan, berkata: bagus!,
baik!, dll.
Kerangka
Rancangan Belajar Quantum Teaching yang dikenal sebagai TANDUR
:
- Tumbuhkan
Tumbuhkan
minat dengan memuaskan “Apakah Manfaat Bagiku” (AMBak), dan manfaatkan
kehidupan pelajar.
- Alami
Ciptakan
atau datangkan pengalaman umum yang dapat dimengerti semua pelajar.
- Namai
Sediakan
kata kunci, konsep, metode, rumus, strategi sebuah “masukan”.
- Demonstrasikan
Sediakan
kesempatan bagi pelajar untuk ‘menunjukkan bahwa mereka tahu”.
- Ulangi.
Tunjukkan
pelajar cara-cara mengulang materi dan menegaskan , “Aku tahu dan memang tahu
ini”.
- Rayakan
Pengakuan
untuk penyelesaian, partisipasi, dan pemerolehan keterampilan dan ilmu
pengetahuan.
Secara aplikatif, metode pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball
Throwing bertalian erat dengan teori belajar behavioristik dan teori
perkembangannya Piaget. Pandangan Behaviouristik, yang melahirkan Teori Belajar
Koneksionisme dan Teori Belajar Kondisioning. Teori belajar Koneksionisme
dengan tokohnya Thorndike berpendapat bahwa belajar merupakan proses
pembentukan koneksi-koneksi antara stimulus dan respon. Bilamana terjadi
koneksi antara R - S dan diikuti dengan keadaan yang memuaskan, maka koneksi
itu menjadi lebih kuat. Sebaliknya bila koneksi, diikuti dengan keadaan yang
tidak memuaskan, maka kekuatan koneksi akan menjadi berkurang (Hilgard dan
Bower dalam TIM MKDK IKIP Semarang, 1990:110).
Snowball
artinya bola salju sedangkan Throwing artinya melempar. Snowball
Throwing secara keseluruhan dapat diartikan melempar bola salju.
Adapun langkah-langkah pembelajaran Snowball Throwing sebagai
berikut: 1) guru menyampaikan materi yang akan disajikan, 2) guru membentuk
kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan
penjelasan tentang materi, 3) masing-masing ketua kelompok kembali ke
kelompoknya masing-masing kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh
guru ke temannya, 4) masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja,
untuk menulis satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah di
jelaskan oleh ketua kelompok, 5) kertas tersebut dibuat seperti bola dan
dilempar dari satu siswa ke siswa lain selama kurang lebih 5 menit. Setelah
siswa dapat satu bola/ satu pertanyaan diberikan kesempatan pada siswa tersebut
untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut
secara bergiliran, 6) evaluasi, dan 7) penutup. (www.puskur_balitbang_depdiknas.com).
C. Pembelajaran IPS
Mata pelajaran yang menjadi subjek penelitian adalah IPS,
yaitu mengenai konsep “mata uang” yang merupakan materi kelas III semester dua
dengan spesifikasi sebagai berikut. Standar Kompetensi : 2.
Memahami jenis pekerjaan dan penggunaan uang. Kompetensi Dasar : 2.4 Mengenal sejarah uang, 2.5
Mengenal penggunaan uang sesuai dengan kebutuhan. Indikator :
2.4.1 Menjelaskan sejarah uang, 2.4.5.1 Menjelaskan penggunaan uang sesuai
kebutuhan.
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN
PEMBELAJARAN
A. Subjek Penelitian
1. Lokasi : SD Negeri Wonorejo 1, Jalan Raya
Kediri – Wates Desa Wonorejo Kecamatan Wates Kabupaten Kediri
2. Waktu :
Tabel 1 : Uraian jadwal pelaksanaan
penelitian perbaikan pembelajaran
No
|
Siklus
|
Hari/ Tanggal
|
Waktu
|
Kegiatan
|
1.
|
Siklus 1
|
Rabu/ 30 April
2014
|
07.00-08.10
|
Perbaikan Pembelajaran ke 1
|
2.
|
Siklus 2
|
Rabu/ 7 Mei 2014
|
07.00-08.10
|
Perbaikan Pembelajaran ke 2
|
3. Mata Pelajaran :
IPS (Mata uang)
4. Kelas :
III
5. Karakteristik siswa :
Semua siswa kelas III SD Negeri Wonorejo I yang berjumlah 20
siswa yang terdiri dari 9 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan dengan beragam kemampuan dan
kreativitas masing-masing.
B. Desain Prosedur Perbaikan
Pembelajaran
Prosedur pelaksanaan penelitian
perbaikan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dimulai dari adanya masalah yang
sudah teridentifikasi dengan melaksanakan perbaikan pembelajaran, pengamatan
dan refleksi diri.
1.
Rencana Perbaikan Pembelajaran Siklus 1
a. Rencana
1) Membuat
rencana persiapan
2) Menentukan
metode pembelajaran
3) Membuat
media pembelajaran
4) Menyiapkan
daftar penilaian
5) Menyiapkan
evaluasi, LKS dan tugas individu
b. Pelaksanaan
1) Guru
memberi salam pembuka, doa dan presensi kelas
2) Guru
memberi apersepsi
3) Guru
menyampaikan informasi materi dan tujuan
4) Siswa
membentuk kelompok, dan mengerjakan LKS dengan metode Snowball throwing
5) Siswa
menjawab dan mengumpulkan LKS
6) Guru
mengadakan tanya jawab
7) Siswa
mengerjakan soal evaluasi
8) Guru
memberi penguatan materi
9) Guru
membekali siswa dengan tugas rumah
c. Pengamatan
Peneliti dibantu
oleh teman sejawat
mengadakan supervisi kelas dalam pelaksanaan proses belajar
mengajar dengan menggunakan instrumen yang telah disediakan yaitu tes evaluasi
sebagai indikator peningkatan hasil belajar siswa dan lembar observasi sebagai
indikator keberhasilan guru dalam menggunakan kolaborasi metode pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball
Throwing dan untuk mengetahui seberapa jauh proses yang
terjadi dapat dilaksanakan menuju sasaran yang diharapkan.
d. Refleksi
Semua
yang telah ditemukan
pada saat proses
pembelajaran berlangsung
didiskusikan dengan supervisor 2. Hasil temuan
didiskusikan untuk mengetahui persentase pelaksanaan siklus 1 dan
hasil yang diperoleh
dapat digunakan untuk menentukan jenis tindakan siklus 2.
2.
Rencana Perbaikan Pembelajaran Siklus 2
a. Rencana
1) Membuat
rencana persiapan
2) Menentukan
metode pembelajaran
3) Membuat
media pembelajaran
4) Menyiapkan
daftar penilaian
5) Menyiapkan
evaluasi, LKS dan tugas rumah
b. Pelaksanaan
1) Guru
memberi salam pembuka, doa dan presensi kelas
2) Guru
memberi apersepsi
3) Guru
menyampaikan informasi materi dan tujuan
4) Siswa
membentuk kelompok, dan mengerjakan LKS dengan metode Snowball throwing
5) Siswa
menjawab dan mengumpulkan LKS
6) Guru
mengadakan tanya jawab
7) Siswa
mengerjakan soal evaluasi
8) Guru
memberi penguatan materi
9) Guru
membekali siswa dengan tugas rumah
c. Pengamatan
Peneliti dibantu oleh Supervisor 2
mengadakan supervisi kelas dalam
pelaksanaan proses belajar mengajar dengan menggunakan instrumen yang telah
disediakan yaitu tes evaluasi sebagai indikator peningkatan hasil belajar siswa
dan lembar observasi sebagai indikator keberhasilan guru dalam menggunakan
kolaborasi metode pembelajaran
Quantum Teaching dan Snowball Throwing
dan untuk mengetahui seberapa jauh proses yang terjadi dapat dilaksanakan
menuju sasaran yang diharapkan.
d. Refleksi
Peneliti
bersama supervisor 2 mengamati hasil tes evaluasi siswa dan lembar observasi
guru untuk selanjutnya ditentukan apakah penelitian ini bisa dikatakan berhasil
atau tidak.
Lembar Evaluasi Hasil Belajar Siswa dalam
pembelajaran IPS materi mata uang dengan menggunakan kolaborasi metode Quantum Teaching dan Snowball Throwing
adalah sebagai berikut,
Tabel 2 :
Evaluasi hasil belajar siswa
No
|
Nama Siswa
|
Nilai
|
Keterangan
|
1
|
Apsari Argyanti
|
|
|
2
|
Aanisa Dindahayati
|
|
|
3
|
Boni Pratama
|
|
|
4
|
Jhason Naga Saputra
|
|
|
5
|
Lintang Prisa Wati
|
|
|
6
|
M. Fasiqul
|
|
|
7
|
M. Fajar Widiantoro
|
|
|
8
|
Naura Cinta
|
|
|
9
|
Pinkan Putri Yudyanti
|
|
|
10
|
Putra Fathi Ilham
|
|
|
11
|
Ria Eva Gadilza
|
|
|
12
|
Susi Anita
|
|
|
13
|
Sauki Aprilia
|
|
|
14
|
Tira Nur Atita
|
|
|
15
|
Tito Yanuariza
|
|
|
16
|
Umi Nisak
|
|
|
17
|
Wawan Rozakqi
|
|
|
18
|
Yellaovi Agustina
|
|
|
19
|
Yoyo Herman
|
|
|
20
|
Zennafi Abdillah
|
|
|
|
Jumlah |
|
|
|
Rata-rata |
|
|
Lembar Observasi Guru dalam
pembelajaran IPS materi mata uang dengan menggunakan kolaborasi metode Quantum Teaching dan Snowball Throwing
adalah sebagai berikut,
Tabel 3 :
Observasi guru
No
|
Aspek yang Diobservasi
|
Kemunculan
|
Komentar
|
|
Ya
|
Tidak
|
|||
1
|
Kegiatan Awal
a. Mengatur
tempat duduk siswa, memberi salam dan doa
b. Mengabsen
siswa
c. Apersepsi
d. Menginformasikan
materi dan tujuan pembelajaran
|
|
|
|
2
|
Kegiatan Inti
a. Memancing
siswa menanggapi alat peraga
b. Membentuk
kelompok
c. Menugaskan
ketua kelompok dengan materi pilihan
d. Membimbing
siswa dalam kelompok untuk bermain bola salju
e. Memberikan
kesempatan pada siswa untuk bertanya
f. Memberikan
penguatan siswa untuk menjawab soal evaluasi
g. Membimbing
siswa menyimpulkan hasil pembelajaran
h. Melaksanakan
penilaian
|
|
|
|
3
|
Kegiatan Akhir
a. Memberikan
tugas individu
b. Menutup
pelajaran
|
|
|
|
C. Teknik Analisis Data
Data-data yang diperoleh selama
perbaikan pembelajaran dikumpulkan kemudian dianalisis menggunakan teknik
analisis data kuantitatif dengan menggunakan pendekatan analisis kualitatif
deskriptif, terdiri dari analisis hasil evaluasi belajar dan ketuntasan
belajar sesuai KKM yang telah ditetapkan. Analisis hasil evaluasi belajar
adalah berupa nilai. Apabila hasil tes pada siklus I dan siklus 2
mengalami peningkatan maka dapat diasumsikan bahwa penerapan kolaborasi metode Quantum Teaching dan Snowball Throwing dalam pembelajaran
dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi mata uang pada mata pelajaran IPS.
Adapun penyajian data hasil analisis
disajikan dalam bentuk sebagai berikut :
1.
Tabel Analisis Hasil Evaluasi Belajar dan Ketuntasan
Belajar siswa
Tabel daftar nilai siswa yang
diperoleh sebelum perbaikan pembelajaran, setelah perbaikan pembelajaran siklus
I dan siklus 2 kemudian dihitung rata-ratanya. Jika perolehan rata-rata hasil
evaluasi belajar > 7,5, maka diasumsikan pembelajaran yang
dilaksanakan telah berhasil meningkatkan hasil belajar siswa. Tabel banyaknya
siswa yang mencapai KKM disatukan dengan tabel hasil belajar siswa pada waktu setelah
perbaikan pembelajaran siklus I dan siklus 2. Apabila jumlah siswa yang
mencapai KKM sesuai target kurikulum yaitu 70%, maka dapat diasumsikan bahwa
pembelajaran yang dilaksanakan telah berhasil meningkatkan hasil belajar siswa.
2.
Lembar Observasi Guru
Instrumen pengamatan Lembar
Observasi Guru disusun dengan indikator-indikator yang bisa mengukur tercapainya kompetensi dasar membiasakan
perilaku terpuji guru dalam mengelola pembelajaran.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian
Perbaikan Pembelajaran
Dalam kegiatan
pembelajaran IPS materi ajar mata uang kelas III Semester dua, peneliti sering
mengalami permasalahan, yang mana selama proses kegitan belajar mengajar
ternyata siswa kurang berperan aktif, siswa kurang memahami materi, dan
peneliti merasa pembelajaran yang dilakukan kurang menarik perhatian siswa
sehingga siswa kesulitan dalam mengerjakan tugas dan hasil belajarnya rata –
rata dibawah KKM sebesar 75.
1.
Siklus I
a. Pengamatan
Setelah siswa mengikuti kegiatan pembelajaran selama
tindakan siklus I, kegiatan selanjutnya adalah pemberian tes evaluasi. Tes pada
siklus I di ikuti oleh seluruh siswa kelas IV dengan waktu 15 menit. Bentuk tes
yang diberikan berupa soal uraian
sebanyak 10 butir soal. Hasil tes hasil belajar seperti pada tabel berikut :
Tabel 4 :
Evaluasi hasil belajar siswa terisi di Siklus 1
No
|
Nama Siswa
|
Nilai
|
Keterangan
|
1
|
Apsari Argyanti
|
100
|
Tuntas
|
2
|
Aanisa Dindahayati
|
60
|
Tidak Tuntas
|
3
|
Boni Pratama
|
90
|
Tuntas
|
4
|
Jhason Naga Saputra
|
60
|
Tidak Tuntas
|
5
|
Lintang Prisa Wati
|
80
|
Tuntas
|
6
|
M. Fasiqul
|
80
|
Tuntas
|
7
|
M. Fajar Widiantoro
|
100
|
Tuntas
|
8
|
Naura Cinta
|
80
|
Tuntas
|
9
|
Pinkan Putri Yudyanti
|
40
|
Tidak Tuntas
|
10
|
Putra Fathi Ilham
|
80
|
Tuntas
|
11
|
Ria Eva Gadilza
|
80
|
Tuntas
|
12
|
Susi Anita
|
80
|
Tuntas
|
13
|
Sauki Aprilia
|
60
|
Tidak Tuntas
|
14
|
Tira Nur Atita
|
80
|
Tuntas
|
15
|
Tito Yanuariza
|
60
|
Tidak Tuntas
|
16
|
Umi Nisak
|
80
|
Tuntas
|
17
|
Wawan Rozakqi
|
60
|
Tidak Tuntas
|
18
|
Yellaovi Agustina
|
80
|
Tuntas
|
19
|
Yoyo Herman
|
40
|
Tidak Tuntas
|
20
|
Zennafi Abdillah
|
40
|
Tidak Tuntas
|
|
Jumlah |
1430
|
|
|
Rata-rata |
71.50
|
Tidak
Tuntas
|
Dari tabel 4 hasil analisis
menunjukkan bahwa 60% sudah mencapai target individu KKM sebesar 75, yakni
terdiri atas 12 siswa sudah tuntas belajar, 8 siswa lainnya belum tuntas
belajar. Tetapi rata – rata kelas masih menunjukkan nilai 71.50 yang masih
membutuhkan 3.50 untuk mencapai KKM.
Dengan kata lain, hasil
yang diperoleh dari perbaikan pembelajaran siklus 1 dengan mengunakan kolaborasi
metode Quantum Teaching dan Snowball Throwing
dapat membuat perbaikan pembelajaran lebih menarik, sehingga mampu meningkatkan
hasil belajar siswa walau belum 70% mencapai KKM. Perlu diadakan perbaikan
pembelajaran pada siklus ke 2.
Sedangkan pengamatan
yang dilakukan supervisor 2 pada lembar observasi guru menunjukkan sebagai
berikut :
Tabel 5 :
Observasi guru terisi di Siklus 1
No
|
Aspek yang Diobservasi
|
Kemunculan
|
Komentar
|
|
Ya
|
Tidak
|
|||
1
|
Kegiatan Awal
a. Mengatur
tempat duduk siswa, memberi salam dan doa
b. Mengabsen
siswa
c. Apersepsi
d. Menginformasikan
materi dan tujuan pembelajaran
|
√
√
√
√
|
|
Masih
terkesan kaku karena bingung untuk memulai pembelajaran
|
2
|
Kegiatan Inti
i.
Memancing siswa menanggapi alat
peraga
j.
Membentuk kelompok
k. Menugaskan
ketua kelompok dengan materi pilihan
l.
Membimbing siswa dalam kelompok
untuk bermain bola salju
m. Memberikan
kesempatan pada siswa untuk bertanya
n. Memberikan
penguatan siswa untuk menjawab soal evaluasi
o. Membimbing
siswa menyimpulkan hasil pembelajaran
p. Melaksanakan
penilaian
|
√
√
√
√
√
√
√
|
√
|
Kurang
leluasa mengatur waktu
|
3
|
Kegiatan Akhir
c. Memberikan
tugas individu
d. Menutup
pelajaran
|
√
|
√
|
Waktu
kurang
|
Dari tabel 5 hasil analisis menunjukkan bahwa
aktivitas guru sudah menunjukkan hasil yang baik dan runtut. Dari sekian banyak
indikator, memberikan penguatan siswa untuk menjawab soal evaluasi belum nampak
dikarenakan guru masih terkesan kaku dan bingung menerapkan model pembelajaran
ini. Untuk menutup pembelajaran juga tidak sempat karena waktu yang
dialokasikan untuk kegiatan akhir tersita sebagian di kegiatan inti.
b. Refleksi
Guru dan siswa masih kaku dan belum terbiasa
mengatur waktu pembelajaran dengan metode Quantum
Teaching dan Snowball Throwing sehingga
waktu di akhir tidak cukup untuk menutup pembelajaran . Tetapi beberapa
indikator sudah menunjukkan hasil yang baik. Selanjutnya kekurangan ini
didiskusikan peneliti dan supervisor 2 untuk melakukan perbaikan di siklus 2.
2.
Siklus 2
a. Pengamatan
Setelah siswa mengikuti kegiatan pembelajaran selama
tindakan siklus 2, kegiatan selanjutnya adalah pemberian tes evaluasi. Tes pada
siklus 2 di ikuti oleh seluruh siswa kelas III dengan waktu 15 menit. Bentuk
tes yang diberikan berupa soal uraian
sebanyak 10 butir soal. Hasil tes hasil belajar seperti pada tabel berikut :
Tabel 6 :
Evaluasi hasil belajar siswa terisi di Siklus 2
No
|
Nama Siswa
|
Nilai
|
Keterangan
|
1
|
Apsari Argyanti
|
100
|
Tuntas
|
2
|
Aanisa Dindahayati
|
80
|
Tuntas
|
3
|
Boni Pratama
|
90
|
Tuntas
|
4
|
Jhason Naga Saputra
|
70
|
Tidak Tuntas
|
5
|
Lintang Prisa Wati
|
80
|
Tuntas
|
6
|
M. Fasiqul
|
100
|
Tuntas
|
7
|
M. Fajar Widiantoro
|
100
|
Tuntas
|
8
|
Naura Cinta
|
90
|
Tuntas
|
9
|
Pinkan Putri Yudyanti
|
70
|
Tidak Tuntas
|
10
|
Putra Fathi Ilham
|
80
|
Tuntas
|
11
|
Ria Eva Gadilza
|
80
|
Tuntas
|
12
|
Susi Anita
|
80
|
Tuntas
|
13
|
Sauki Aprilia
|
100
|
Tuntas
|
14
|
Tira Nur Atita
|
90
|
Tuntas
|
15
|
Tito Yanuariza
|
80
|
Tuntas
|
16
|
Umi Nisak
|
80
|
Tuntas
|
17
|
Wawan Rozakqi
|
80
|
Tuntas
|
18
|
Yellaovi Agustina
|
80
|
Tuntas
|
19
|
Yoyo Herman
|
80
|
Tuntas
|
20
|
Zennafi Abdillah
|
90
|
Tuntas
|
|
Jumlah |
1700
|
|
|
Rata-rata |
85
|
Tuntas
|
Dari tabel 4 hasil analisis
menunjukkan bahwa 85% sudah mencapai target individu KKM sebesar 75, yakni
terdiri atas 19 siswa sudah tuntas belajar, 2 siswa lainnya belum tuntas
belajar. Hal itupun terjadi karena 2 siswa yang dimaksud saat pembelajaran
berlangsung sempat mengeluh sakit sehingga konsentrasi belajarnya tidak
maksimal. Rata – rata kelas menunjukkan nilai 85.00 yang sudah mencapai KKM.
Dengan kata lain, hasil
yang diperoleh dari perbaikan pembelajaran siklus 2 dengan mengunakan kolaborasi
metode Quantum Teaching dan Snowball Throwing
dapat membuat perbaikan pembelajaran lebih menarik, sehingga mampu meningkatkan
hasil belajar siswa
Sedangkan pengamatan
yang dilakukan supervisor 2 pada lembar observasi guru menunjukkan sebagai
berikut :
Tabel 7 :
Observasi guru terisi di Siklus 2
No
|
Aspek yang Diobservasi
|
Kemunculan
|
Komentar
|
|
Ya
|
Tidak
|
|||
1
|
Kegiatan Awal
a. Mengatur
tempat duduk siswa, memberi salam dan doa
b. Mengabsen
siswa
c. Apersepsi
d. Menginformasikan
materi dan tujuan pembelajaran
|
√
√
√
√
|
|
Sudah
lancar
Mengaplikasikan
pembelajaran
|
2
|
Kegiatan Inti
a.
Memancing siswa menanggapi alat
peraga
b. Membentuk
kelompok
c. Menugaskan
ketua kelompok dengan materi pilihan
d. Membimbing
siswa dalam kelompok untuk bermain bola salju
e. Memberikan
kesempatan pada siswa untuk bertanya
f. Memberikan
penguatan siswa untuk menjawab soal evaluasi
g. Membimbing
siswa menyimpulkan hasil pembelajaran
h. Melaksanakan
penilaian
|
√
√
√
√
√
√
√
√
|
|
Sudah
bisa mengatur waktu pembelajaran dengan baik
|
3
|
Kegiatan Akhir
e. Memberikan
tugas individu
f. Menutup
pelajaran
|
√
√
|
|
Waktu
sudah cukup
|
Dari tabel 5 hasil analisis menunjukkan bahwa
aktivitas guru sudah menunjukkan hasil yang lebih baik dan runtut dibanding
siklus 1. Dari sekian banyak indikator, guru sudah bisa memenuhinya.
c. Refleksi
Cukup tercapainya target kinerja yang diharapkan,
baik dari siswa maupun dari peneliti. Hal itu merupakan efek dari sudah
terbiasanya masing – masing personal dengan langkah – langkah pembelajaran IPS
materi mata uang dengan menggunakan kolaborasi metode Quantum Teaching dan Snowball Throwing
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Perbaikan Pembelajaran
Setelah melakukan penelitian dan menganalisis hasilnya,
terbuktilah bahwa penggunaan kolaborasi metode Quantum Teaching dan Snowball
Throwing dalam pembelajaran IPS tentang materi ajar materi mata uang dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Peningkatan hasil belajar siswa tidak saja
terjadi pada siklus 2 tetapi pada siklus 1 pun seluruh siswa mengalami
peningkatan ke arah yang lebih baik dari sebelumnya.
Peningkatan hasil belajar dengan kolaborasi metode Quantum
Teaching dan Snowball Throwing ini berkaitan dengan teori belajar behavioristik dan
teori perkembangannya Piaget sesuai pembahasan di Bab III. Pandangan Behaviouristik, yang melahirkan
Teori Belajar Koneksionisme dan Teori Belajar Kondisioning. Teori belajar
Koneksionisme dengan tokohnya Thorndike berpendapat bahwa belajar merupakan
proses pembentukan koneksi-koneksi antara stimulus dan respon. Bilamana terjadi
koneksi antara R - S dan diikuti dengan keadaan yang memuaskan, maka koneksi
itu menjadi lebih kuat. Sebaliknya bila koneksi, diikuti dengan keadaan yang
tidak memuaskan, maka kekuatan koneksi akan menjadi berkurang (Hilgard dan
Bower dalam TIM MKDK IKIP Semarang, 1990:110).
Meningkatnya aktivitas belajar siswa pada siklus 1 ditandai
dari hasil belajar masing-masing siswa pada siklus 1 belum mencapai kriteria
ketuntasan minimal. Namun hasil tersebut sudah menunjukkan arah peningkatan.
Atas dasar itu, maka dilaksanakan kembali siklus 2. Adanya peningkatan hasil
belajar siswa dalam pembelajaran siklus 1 tidak terlepas dari meningkatnya
eksistensi kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran IPS tentang
materi ajar mata uang yang disajikan
dengan menggunakan kolaborasi metode Quantum Teaching dan Snowball
Throwing.
Peningkatan
hasil belajar siswa kembali terjadi pada proses pembelajaran IPS tentang materi
ajar mata uang yang disajikan dengan menggunakan kolaborasi metode Quantum
Teaching dan Snowball Throwing siklus 2. Hasil belajar lebih baik
daripada siklus 1. Bahkan rata – rata kelas perolehan nilainya melebihi nilai
kriteria ketuntasan minimal yang telah ditetapkan. Hal ini pun tidak terjadi
dengan sendirinya, melainkan hasil usaha guru.
Dengan demikian, penggunaan kolaborasi metode Quantum
Teaching dan Snowball
Throwing dalam pembelajaran IPS tentang materi ajar mata uang untuk
meningkatkan hasil belajar siswa Kelas III SD Negeri Wonorejo 1 Kecamatan Wates Kabupaten Kediri,
dinyatakan berakhir pada siklus 2. Hal ini karena baik guru maupun siswa sudah
merasa puas dengan peningkatan yang terjadi pada siklus 2.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT
A.
Simpulan
Langkah-langkah
penggunaan kolaborasi metode Quantum Teaching dan Snowball
Throwing untuk meningkatkan hasil belajar siswa Kelas III SD Negeri Wonorejo
1 Desa Wonorejo Kecamatan Wates Kabupaten Kediri dalam pembelajaran IPS tentang
materi ajar mata uang, meliputi:
1.
Menyusun
rencana sesuai dengan ketentuan
2.
Melaksanakan
KBM sesuai dengan rencana
3.
Mengevaluasi
kemampuan siswa dalam memenuhi setiap tuntutan pembelajaran
4.
Menindaklanjuti
hasilnya dengan cermat
Penggunaan kolaborasi metode Quantum Teaching dan Snowball
Throwing dalam pembelajaran IPS tentang materi ajar mata uang terbukti
dapat meningkatkan hasil belajar siswa Kelas III SD Negeri Wonorejo 1 Desa
Wonorejo Kecamatan Wates Kabupaten Kediri.
B.
Saran
Tindak Lanjut
Dari
pelaksanaan pembelajaran siklus 1 dan siklus 2 dapat disarankan bahwa :
1. Dalam
Pembelajaran yang menggunakan kolaborasi metode Quantum Teaching dan Snowball
Throwing dikembangkan guna meningkatkan kegiatan-kegiatan belajar mengajar.
2. Untuk
mengembangkan sikap dan keterampilan dalam bertanya, menjawab, menyampaikan
pendapat kesan dan tulisan, memerlukan banyak latihan.
3. Guru
perlu melakukan pendekatan untuk memberikan motivasi sehingga terbentuk rasa
percaya diri.
DAFTAR
PUSTAKA
Tim-FKIP
UT. 2013. Pemantapan Kemampuan
Profesional. Tanggerang Selatan: Universitas Terbuka
Bobbi DePorter. 2002. Quantum Teaching. Boston: Allyn Bacon.
Suryosubroto. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah.
Jakarta: Rineka Cipta.
Depdiknas.
2001. Buku 1 Manajemen Peningkatan Mutu
Pendidikan Berbasis Sekolah. Jakarta: Depdiknas.
....
2002. Petunjuk Pelaksanaan Penilaian
Kelas di SD, SDLB, SLB Tingkat Dasar, dan MI. Jakarta: Depdiknas.
......2006.
Standar Kompetensi Mata Pelajaran
Pengetahuan Sosial Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta : Puskur
Balitbang Depdiknas.
Indra
Jati Sidi. 2004. Pelayanan Profesional,
Kegiatan Belajar-Mengajar yang Efektif. Jakarta: Puskur Balitbang
Depdiknas.
Nana
Sudjana. 2002. Penilaian Hasil Proses
Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Purwadi Suhandini. 2000. Penelitian Tindakan Kelas. Semarang:
Lemlit UNNES.
Puskur
Balitbang Depdiknas. 2003. Model-model
Pembelajaran Efektif. (www.puskur_balitbang_depdiknas.com).
update 28 Agustus 2011.
Supardi,
Suharsimi Arikunto, Suhardjono. 2006. Penelitian
Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Tim
MKDK IKIP Semarang. 1990. Psikologi
Belajar. Semarang: IKIP Semarang Press.
Tintin
Heryatin. 2004. Pengembangan Model Pembelajaran
Quantum dalam Mata Pelajaran Bahasa Inggris dalam Rangka Pengembangan Kurikulum
Berbasis Sekolah. Hasil Penelitian. (http://pps.upi.edu/org/
abstrakthesis/abstrakpk/abstrakpk04.html). update 28 Agustus 2011.
Zainal
Aqib. 2007. Penelitian Tindakan Kelas
untuk Guru. Bandung: Yrama Widya.
Ijin Copy ya buguru yang cantik n manis
BalasHapus